manusia dan akal pikirannya

Manusia diciptakan dengan diberi satu karunia yang tidak diberikan Allah kepada makhlukNya yang lain, yaitu akal. Dengan akal itulah, manusia diberi amanah untuk menjadi khalifah di muka bumi, agar manusia mengolah apa yang ada di muka bumi ini dengan baik, dengan akal yang diberikan pada mereka.

Akal merupakan bagian dari sistem yang dimiliki oleh manusia. Ia adalah bagian dari sebuah sistem dimana terdapat input, output, dan dia sendiri sebagai pengolahnya. Dan karena input selalu didapatkan secara simultan dari lingkungan (baik input dari mata, telinga, dan bagian tubuhnya yang lain), maka proses yang dilakukan oleh akal pun terjadi secara simultan setiap saat.

Pertanyaan selanjutnya adalah: “seperti apakah outputnya?”

Output dari akal bisa berupa banyak hal. Ada yang berupa tindakan, ada yang berupa perkataan, dan ada yang berupa tulisan, ada juga yang hanya berupa kegundahan-kegundahan dalam diri.

Dengan demikian, maka kita bisa mengelompokkan output dari proses akal itu dalam 2 kelompok:

– output yang dipendam
– output yang ditampakkan

Output yang dipendam tidak akan memberikan efek langsung ke lingkungan sekitar, tapi ia akan membentuk kepribadian seseorang. Sebagai contoh: orang yang berpikir tentang hal-hal yang baik, walaupun pemikiran itu tidak didialogkan, maka hal itu akan mengarahkan dia suatu saat nanti menjadi orang yang baik. Demikian pula sebaliknya.

Output yang ditampakkan akan memberikan efek yang langsung pada lingkungan sekitar. Jadi, kita harus benar-benar berhati-hati dalam mengendalikan output yang kita tampakkan. Apabila kita tidak mengendalikan output ini, baik dengan tindakan yang tidak terkendali, perkataan yang tidak terkendali, tulisan yang tidak terkendali, dan lain-lain, maka akibatnya akan dirasakan oleh orang lain atau lingkungan yang berada di sekitar kita.

Dengan di beri akal manusia dapat berkreasi terhadap lingkungannya karna dalam akal tersebutlah dia dapat melakukan hal yang di inggin kan seperti membuat suatu karya yg iya dapat mengkreasikan karya tersebut dengan ini juga mereka mendapatkan suatu ke unggulan dan membuat suatu inovasi terhadap kehidupannya seperti perkembangan jaman yang kita alami tersebut karena akal manusia yg manusia gunakan dengan sebaik mungkin .

manusia berdasarkan keyakinan dalam agama islam

Bagi kebanyakan manusia, kerohanian dan agama memainkan peran utama dalam kehidupan mereka. Sering dalam konteks ini, manusia tersebut dianggap sebagai “orang manusia” terdiri dari sebuah tubuh, pikiran, dan juga sebuah roh atau jiwa yang kadang memiliki arti lebih daripada tubuh itu sendiri dan bahkan kematian . Seperti juga sering dikatakan bahwa jiwa (bukan otak ragawi) adalah letak sebenarnya dari kesadaran (meski tak ada perdebatan bahwa otak memiliki pengaruh penting terhadap kesadaran). Keberadaan jiwa manusia tak dibuktikan ataupun ditegaskan konsep tersebut disetujui oleh sebagian orang dan ditolak oleh lainnya. Juga, adalah perdebatan di antara organisasi agama mengenai benar/tidaknya hewan memiliki jiwa, beberapa percaya mereka memilikinya, sementara lainnya percaya bahwa jiwa semata-mata hanya milik manusia, serta ada juga yang percaya akan jiwa kelompok yang diadakan oleh komunitas hewani dan bukanlah individu. Bagian ini akan merincikan bagaimana manusia diartikan dalam istilah kerohanian, serta beberapa cara bagaimana definisi ini dicerminkan melalui ritual dan Agama
Dan di dunia terdapat banyak agama salah satu nya agama islam, Agama Islam adalah agama yang dibawa oleh Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam. Dengan agama inilah Allah menutup agama-agama sebelumnya. Allah telah menyempurnakan agama ini bagi hamba-hambaNya. Dengan agama Islam ini pula Allah menyempurnakan nikmat atas mereka. Allah hanya meridhoi Islam sebagai agama yang harus mereka peluk. Oleh sebab itu tidak ada suatu agama pun yang diterima selain Islam.
Allah ta’ala berfirman,
الْيَوْمَ أَكْمَلْتُ لَكُمْ دِينَكُمْ وَأَتْمَمْتُ عَلَيْكُمْ نِعْمَتِي وَرَضِيتُ لَكُمُ الإِسْلاَمَ دِيناً
“Pada hari ini Aku telah sempurnakan bagi kalian agama kalian, dan Aku telah cukupkan nikmat-Ku atas kalian dan Aku pun telah ridha Islam menjadi agama bagi kalian.” (QS. Al Maa’idah: 3)
Hakikat beriman kepada Nabi adalah dengan cara membenarkan apa yang beliau bawa dengan disertai sikap menerima dan patuh, bukan sekedar pembenaran saja. Oleh sebab itulah maka Abu Thalib tidak bisa dianggap sebagai orang yang beriman terhadap Rasul shallallahu ‘alaihi wa sallam walaupun dia membenarkan ajaran yang beliau bawa, bahkan dia berani bersaksi bahwasanya Islam adalah agama yang terbaik.
Agama Islam ini telah merangkum semua bentuk kemaslahatan yang diajarkan oleh agama-agama sebelumnya. Agama Islam yang beliau bawa ini lebih istimewa dibandingkan agama-agama terdahulu karena Islam adalah ajaran yang bisa diterapkan di setiap masa, di setiap tempat dan di masyarakat manapun. Allah ta’ala berfirman kepada Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam,
وَأَنزَلْنَا إِلَيْكَ الْكِتَابَ بِالْحَقِّ مُصَدِّقاً لِّمَا بَيْنَ يَدَيْهِ مِنَ الْكِتَابِ وَمُهَيْمِناً
“Dan Kami telah menurunkan kepadamu Al Kitab dengan benar sebagai pembenar kitab-kitab yang terdahulu serta batu ujian atasnya.” (QS. Al Maa’idah: 48)
Agama Islam adalah ajaran yang mencakup akidah/keyakinan dan syariat/hukum. Islam adalah ajaran yang sempurna, baik ditinjau dari sisi aqidah maupun syariat-syariat yang diajarkannya:
1. Islam memerintahkan untuk menauhidkan Allah ta’ala dan melarang kesyirikan.
2. Islam memerintahkan untuk berbuat jujur dan melarang dusta.
3. Islam memerintahkan untuk berbuat adil dan melarang aniaya.
4. Islam memerintahkan untuk menunaikan amanat dan melarang berkhianat.
5. Islam memerintahkan untuk menepati janji dan melarang pelanggaran janji.
6. Islam memerintahkan untuk berbakti kepada kedua orang tua dan melarang perbuatan durhaka kepada mereka.
7. Islam memerintahkan untuk menjalin silaturahim (hubungan kekerabatan yang terputus) dengan sanak famili dan Islam melarang perbuatan memutuskan silaturahim.
8. Islam memerintahkan untuk berhubungan baik dengan tetangga dan melarang bersikap buruk kepada mereka.
Secara umum dapat dikatakan bahwasanya Islam memerintahkan semua akhlak yang mulia dan melarang akhlak yang rendah dan hina. Islam memerintahkan segala macam amal salih dan melarang segala amal yang jelek